“Satu-satunya jalan dengan bayi tabung.”
Begitu penjelasan dokter Sp.Og yang baru saya kenal dua bulan terakhir. Jawaban
ini seperti petir ditengah mendung yang bergelanyut di akhir Januari. Benar,
saat saya keluar ruangan dokter memang sedang hujan deras, sehingga suasana lebih dramatis. Apakah setelah itu saya nangis bombay? Alhamdulillah tidak. Meski
jawaban dokter pasca tes HSG (hysterosalpingography) tersebut, sungguh diluar dugaan saya dan suami. Ketika saya
tanyakan penyebab dari tersumbatnya kedua tuba falopi tersebut, dokter
menjawab, “bisa jadi karena pijatan dukun bayi setelah melahirkan anak pertama.
Karena tanpa dibantu pijatan, rahim akan kembali semula."
Dorr! Jawaban dokter inilah yang justru
membuat saya syok. Sebegitu entengnya jawaban tersebut. Sependek yang saya
ingat, enam tahun lalu saya menggunakan dukun bayi hanya untuk merawat anak
saya hingga 10 hari. Kenapa tidak 40 hari? Mahal! Asalkan pusar sudah lepas,
sudah percaya diri lah memandikan bayi sendiri. Dan saya tidak melakukan pijat
perut, hanya pijat biasa karena –ternyata- kelelahan alias badan puegel luar
biasa justru setelah 2-3 hari pasca proses melahirkan normal. Saat itu saya sudah paham betul, bahwa rahim tak perlu dipijat.
Bagi
saya akan lebih masuk akal jika jawaban dokter lebih bersifat medis, misal
infeksi, peradangan atau apalah namanya. Setidaknya jika ada indikasi medis,
berarti ada obatnya kan? Sayangnya pak dokter menggeleng, meski kemudian tetap
meresepkan antibiotik yang saya bayar setengah resep. Iya, antibiotik yang
saya lupa namanya itu satu tablet Rp.15.000 dan diresepkan 25 hari. Aah saya
ogah lah. Trauma aja dengan vocab
antibiotik yang sering diresepkan dokter anak saat anak saya kena batuk
pilek. Iih, para bapak ibu dokter yang hobinya memberi antibiotik kayaknya lulus
dengan catatan deh.
Sekian hari setelah itu saya dan suami
tidak membicarakan hasil HSG dan kunjungan ke dokter tersebut. Kami juga tidak
membahas bagaimana dengan program hamil anak kedua ini yang intensif dilakukan enam bulan terakhir. Mungkin suami juga menjaga perasaan saya. Saya
sendiri sibuk googling apasih tuba
falopi non patent itu. Dari googling tersebut
membawa saya tahu istilah operasi laparoscopy,yaitu
operasi membuka perlengketan rahim atau saluran tuba. Berapa harganya? Tentu
saja mehong, senilai tiket umroh berdua kayaknya.
Mungkin ini rasanya orang-mereka-yang belum
memiliki keturunan. Sekian tahun menikah belum memiliki anak tentu bukan saja
beban namun tekanan batin, apalagi jika ada acara keluarga. Duuuh beraat pasti.
Dulu saya (sering) merasa kasihan kepada mereka-yang menurut saya- kurang
beruntung.
Kini saya merasakan apa yang mereka
rasakan. Betapa berusaha memiliki keturunan tidaklah mudah. Saya lebih
beruntung karena sudah memiliki balita yang sekarang sedemikian cerewet
bertanya kapan punya teman main. Alhamdulillah proses kehamilan pun cepat saat
itu. Langsung jos!
Sampai pada titik saya berhenti. Saya
berpikir. Secara tidak sadar bisa jadi saya telah berlaku sombong. Bahwa ada
banyak kenikmatan Allah, namun cara bersyukur saya tidak kaffah. Allah sedang menguji saya dengan keinginan yang belum
bertemu takdir-Nya. Saya berusaha
mengubah pola pikir yang terjadi. Demi memiliki keturunan lagi, saya ikhtiarkan rutin
berkunjung ke dokter. Sayangnya saya lupa menghamba kepada-Nya. Saya alpa
merayu-Nya dalam setiap doa. Sholat, puasa, sedekah masih menjadi rutinitas belaka.
Saya harus kembali ke titik awal. Sebuah awal yang seharusnya dilakukan.
Mendekatkan diri kepada yang Maha Hidup.
Di sela-sela kerja awal tahun yang padat, dari
sebuah artikel saya menemukan tulisan tentang pengobatan cara Rasululllah dengan bekam dan herbal sebagai salah
satu solusi penyumbatan tuba falopi. Saya pun belajar tentang habbatussauda,
madu dan minyak zaitun. Khasiat ketiganya tentu tidak diragukan karena
disebutkan dalam Al Quran dan diriwayatkan hadist. Disaat bersamaan saya
teringat seorang teman yang pernah bercerita pernah menjadi terapis bekam.
Pintu pun mulai terbuka. Ada selarik cahaya
harapan baru yang terbit di dada. Si teman pun bercerita kalau sebelum memiliki
keturunan, pernah mengalami masalah rahim. Terapi bekam dan herbal dilalui
sampai kemudian memiliki 3 anak yang lucu-lucu.
Well, bismillah,
semoga ikhtiar menurut thibunnabawi
ini akan segera membuahkan hasil. Aamiin.
Semangat mbak.. I feel you :)
ReplyDeleteTerima kasih sangat kak Octy :-)
ReplyDeleteAamiin. Jangan putus semangat mba. Semoga membuahkan hasil.
ReplyDeleteIyes, makasih kak Ica :-)
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteBagaimana sekarang Mba apakah sudah hamil? Sy mengalami apa yg mba rasakan. Rasanya sperti disambar petir dan sangat shock. Sekarang sy juga lagi mencari pengobatan2 herbal yg bisa membuka saluran tuba hiksss
ReplyDeletealhamdulillah, tidak sampai sebulan konsumsi habbats, madu dan vco sudah isi lagi, Mbak. Alhamdulillah, sudah hampir 3 tahun umur si anak. Yang pasti doa kepada yang Kuasa, karena Dialah yang sanggup menyembuhkan. Aamiin. InsyaAllah
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete