Ini cerita pengen ditulis dari 2 minggu lalu, hanya karena pasca long weekend malah tepar huhuhu tidak asyik samsek!!!
Iyah ini cerita tentang saudara yang berprofesi sebagai Dosen-suami istri. Dengan 2 anak usia SD kehidupan mereka serasa lengkap.Materi cukup , anak laki perempuan rentang 3 tahun. Sang suami sedang berjuang meraih Doktor di bidang teknik pertambangan, si istri sedang mengejar naik jabatan.
Cerita menjadi menarik sekitar 2 bulan lalu, mereka tiba-tiba berkunjung ke rumah. Mengahabiskan weekend di rumah dengan bermalasan. Si istri terutama. Dia mengeluh alasan tiba-tiba datang karena dia merasa sangat cape dengan segala rutinitas. Bangun pagi, antar anak, ngajar, jemput anak les, jemput anak lagi , les lagi, pulang. Begitu setiap hari sementara suami nyaris tak banyak membantu dnegan kesibukan di laboratorium. Saat iru saya hanya tersenyum, rasanya saat itu juga saya pengen bilang ke suami saya ' tuh dengerin mbak.. bla..bla..istri bekerja dengan tetap konsentrasi dengan anak adalah hal berat bukan seadanya, jadi..MARI bekerjasama urus anak ;-).
Sebulan kemudian, gantian saya yang bertandang kesana dalam rangka long weekeng pasca Natal. Bermalam disana, lmelihat rutinitas keluarga itu, kemudian saya sadar dan langsung mengambil kesimpulan pendek. PANTAS ! si mbak merasa capek. Bagaimana tidak ? Bangun tidur tidak diawali dengan sholat shubuh tapi justru mengaduk-aduk berkas dengan muka masam.Selanjutnya teriakan demi teriakan menyuruh anak-anaknya ini itu, tidak boleh ini itu. Dus masuk kamar, banting pintu. Wohooooo. Ada beberapa saat saya bengong.Iyaaahh, pantas beliau cape ya..hari-harinya dilewati dengan emosi. Hanya sedikit senyum dan becanda dengan anak dan suami (saat ngobrol jam sarapan pagi).
Jadi pelajaran bagi saya, untuk lebih menikmati hidup. Menghadapi kenakalan anak dengn berbesar hati dan semangat pembelajar. Superduper sabar berjalan dengan suami dengan penyesuaian tiada akhir. Semoga keluarga kami dalam lingkaran berkah Allah dan selalu rindu bertemu dengan Nya.
Iyah ini cerita tentang saudara yang berprofesi sebagai Dosen-suami istri. Dengan 2 anak usia SD kehidupan mereka serasa lengkap.Materi cukup , anak laki perempuan rentang 3 tahun. Sang suami sedang berjuang meraih Doktor di bidang teknik pertambangan, si istri sedang mengejar naik jabatan.
Cerita menjadi menarik sekitar 2 bulan lalu, mereka tiba-tiba berkunjung ke rumah. Mengahabiskan weekend di rumah dengan bermalasan. Si istri terutama. Dia mengeluh alasan tiba-tiba datang karena dia merasa sangat cape dengan segala rutinitas. Bangun pagi, antar anak, ngajar, jemput anak les, jemput anak lagi , les lagi, pulang. Begitu setiap hari sementara suami nyaris tak banyak membantu dnegan kesibukan di laboratorium. Saat iru saya hanya tersenyum, rasanya saat itu juga saya pengen bilang ke suami saya ' tuh dengerin mbak.. bla..bla..istri bekerja dengan tetap konsentrasi dengan anak adalah hal berat bukan seadanya, jadi..MARI bekerjasama urus anak ;-).
Sebulan kemudian, gantian saya yang bertandang kesana dalam rangka long weekeng pasca Natal. Bermalam disana, lmelihat rutinitas keluarga itu, kemudian saya sadar dan langsung mengambil kesimpulan pendek. PANTAS ! si mbak merasa capek. Bagaimana tidak ? Bangun tidur tidak diawali dengan sholat shubuh tapi justru mengaduk-aduk berkas dengan muka masam.Selanjutnya teriakan demi teriakan menyuruh anak-anaknya ini itu, tidak boleh ini itu. Dus masuk kamar, banting pintu. Wohooooo. Ada beberapa saat saya bengong.Iyaaahh, pantas beliau cape ya..hari-harinya dilewati dengan emosi. Hanya sedikit senyum dan becanda dengan anak dan suami (saat ngobrol jam sarapan pagi).
Jadi pelajaran bagi saya, untuk lebih menikmati hidup. Menghadapi kenakalan anak dengn berbesar hati dan semangat pembelajar. Superduper sabar berjalan dengan suami dengan penyesuaian tiada akhir. Semoga keluarga kami dalam lingkaran berkah Allah dan selalu rindu bertemu dengan Nya.
Comments
Post a Comment