Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Doing Outside the Box

Melakukan hal yang tidak biasa dilakukan. Bukan tentang comfort zone , tapi memperjuangkan passion yang dulu tak terpikir untuk direalisasikan.Doing Outside The Box. Masuk dalam komunitas Sekolah Perempuan semakin menjerumuskan saya kedalam berbagai grup di FB maupun WA yang di penuhi dengan emak-emak berisik yang  luarbiasa semangatnya meng-empower dirinya sendiri untuk maju menuju sukses. Salah satu grup WA yang saya ikut TNB 1 (Tips Nulis dan Bisnis 1) yang digawangi mbak Diah Octavia. Grup ini sangat aktif, buka chat dari 09.00pagi hingga jam 09.00 malam penuh dengan obrolan emak-emak dari curhat bisnis, ngomongin makanan, janjian kopdar, promo Indscript training dan yang paling jempolan sharing kisah sukses dari para pebisnis baik yang sudah lama menikmati keberhasilan maupun yang belum genap setahun ikut PSC (Private Sales Coaching) dan berhasil melesatkan omset bisnisnya hingga  4 bahkan 10 kali lipat. Salah satu sharing yang menarik adalah milik Teh Enda...

Perempuan h3bat itu,Ibuku:-)

Ibu (saya memanggilnya Mak’e) , merupakan  perempuan dengan label ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari nafkah utama,sedang ibu adalah pengelola rumah tangga dan mendampingi kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Candi Borobudur, atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan ' masa hidup sederhana'. Padahal saat dulu menjalani, biasa saja.  Bias...

BPJS Bikin Baper #Part Two

Setelah dua kali periksa ke Bu Dokter cantik, linu gigi geraham Ayah sudah berkurang. Siap-siap cabut gigi, yeayyy. Saya tahu Ayah grogi, badan segede Captain Amerika tapi mental kalah kala disuruh duduk di kursi khusus pasien gigi. Tueng tueng .. Memang dasar cerita BPJS ini menjadi serial. Bu Dokter tidak sanggup mencabut gigi geraham bungsu yang tinggal secuil itu. Katanya  karena sisa gigi sedikit, sedang akar gigi masih banyak dan posisi miring mengarah ke pipi. Parahnya gigi geraham bagian depan pun tertumbuk sehingga harus dicabut bersamaan. Waaww cabut satu gratis satu haha. Iya cabut dua gigi sekaligus, dan ini  sudah masuk ranah operasi kecil yang harus dilaksanakan di Rumah  Sakit. Oke, hari Kamis pun dipilih, pagi hari Ayah rontgen ke Lab , langsung daftar ke Rumah Sakit atas rujukan Bu Dokter cantik. Pukul 13.00 Ayah disarankan langsung masuk kamar untuk observasi. Operasi baru dilaksanakan jam 17.00 dan selesai 17.30. Lancar !! Eaaa.. Tapi  walau...

Perempuan Hebat Itu, Ibuku

Ibu ( saya memanggilnya Mak’e), merupakan  perempuan  dengan label  ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari kerja utama,sedang ibu adalah Menter I Dalam Negeri sekaligus Menteri Keuangan  yang sedemikian jago mengatur gaji  Bapak untuk kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira,  namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Borobudur,atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan...

Kangen Bapak

Bapak  ( Pak’e) adalah  pahlawan saya. Bapak yang mengajarkan saya disipilin, tanggung jawab dan percaya diri. Salah satu ajaran beliau yang saya ingat dan saya gunakan hingga kini, “ Jika sedang berbicara dengan orang lain, jangan menunduk, tatap mata lawan bicara. Karena jika menunduk berarti tidak percaya diri bahkan dianggap tidak menghargai”. Nasihat tersebut disampaikan menjelang keberangkatan saya ke lomba Matematika tingkat propinsi di Semarang, SMP kelas 2. Itu memang pertama kalinya saya ikut lomba hingga propinsi, biasanya hanya berhenti sampai tingkat kabupaten. Bapak tidak galak, namun tegas dan disiplin. Bapak memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk memilih. Ketika lulus SMP beliau pernah menyampaikan agar saya meneruskan  SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). Nyatanya ketika saya mendaftar ke SMU Negeri, beliau tetap mengiyakan. Pun ketika lulus SMU saya sudah terdaftar di Akbid (akademi kebidanan) Semarang, sekali lagi Bapak tidak melarang saat saya m...

BPJS Bikin Baper #Part One

Memaksimalkan Manfaatnya BPJS Kesehatan Tiga lembar kartu BPJS saya terima minggu lalu. What? Hanya berupa lembaran nih? Saya pikir kartu BPJS seperti kartu NPWP selayak kartu ATM BANK. Well, kata mas petugas bentuk kartu BPJS sekarang begini, yang begitu –tebal magnetic- untuk peserta Jamkesmas. Voilaa..!Baiklah yang penting fungsinya, yang tercantum padai Nomor  Kepesertaan. Dua hari kemudian, suami mencoba periksa ke dokter gigi. Betul, gratis ! Ndeso saya. Esok sorenya gantian saya yang periksa ke dokter gigi, untuk tambal gigi. Sayang nya si kecil tidak mau. Loh kok jadi sekeluarga ke dokter gigi. Iya, dokter gigi inilah alasan saya mendaftar BPJS secara mandiri setelah pihak kantor  tak ada kepastian kapan asuransi kesehatan aktif. Hanya BPJS Ketenagakerjaan yang sudah terdaftar, begitu cerita staf SDI kantor. Sengaja memilih kelas II karena tariff lebih murah dan masih memungkinkan naik kelas  rawat inap di Rumah Sakit. Ceritanya dua tahun lalu gigi saya b...