Memaksimalkan Manfaatnya BPJS Kesehatan
Tiga lembar kartu BPJS saya terima minggu lalu. What? Hanya berupa lembaran nih? Saya pikir kartu BPJS seperti kartu NPWP selayak kartu ATM BANK. Well, kata mas petugas bentuk kartu BPJS sekarang begini, yang begitu –tebal magnetic- untuk peserta Jamkesmas.
Voilaa..!Baiklah yang penting fungsinya, yang tercantum padai Nomor Kepesertaan.
Dua hari kemudian, suami mencoba periksa ke dokter gigi. Betul, gratis ! Ndeso saya. Esok sorenya gantian saya yang periksa ke dokter gigi, untuk tambal gigi. Sayang nya si kecil tidak mau. Loh kok jadi sekeluarga ke dokter gigi. Iya, dokter gigi inilah alasan saya mendaftar BPJS secara mandiri setelah pihak kantor tak ada kepastian kapan asuransi kesehatan aktif. Hanya BPJS Ketenagakerjaan yang sudah terdaftar, begitu cerita staf SDI kantor. Sengaja memilih kelas II karena tariff lebih murah dan masih memungkinkan naik kelas rawat inap di Rumah Sakit.
Ceritanya dua tahun lalu gigi saya bermasalah. Ada lubang di gigi geraham bagian atas. Tak terlihat dan terasa, karena bukan bagian geraham tengah yang lubang melainkan bagian tepi agak kebelakang. Tidak terlihat jika saya berkaca. Hanya berasa jika lidah dijulurkan. Awalnya saya tahu gigi tersebut berlubang karena sering selilitan di lokasi tersebut. Jadilah saya ke dokter gigi sebagai pasien umum. Tambal gigi kisaran Rp.300 ribu , lining karena gigi seri atas sensitive dan bersih karang gigi juga kisaran Rp.300rbu. Mahilll. Habislah jatah uang makan sebulan ;-(
Nah karena sekarang gigi bagian bawah mau unjuk gigi, jadilah di BPJS kan lah dulu supaya bisa gretongan. Tidak beneran gratis dong ya..tapi bayar lebih murah untuk keluhan All in One. Iyess…tapi bagaimana pelayanannya ? Apakah sama ketika si dokter gigi belum berstatus dokter dengan fasilitas BPJS?
Dahulu ibu dokter muda itu amat ramah, menjelaskan dengan detil apa penyebab sakit dan bagaimana cara penanganan dan konsekuensi. Cantik pula ! itu komentar suami.
Hadeuh Ayah, telat banget sudah dari lama dikasih tahu juga.
Pukul 17.30 mendaftar, masih ada 3 antrian. Saya memilih pulang dan mandi dulu karena rumah dekat, hanya 200m dari klinik bu dokter.
Pukul 18.15, sudah ditunggu ternyata ( Suami diperiksa lebih dahulu karena gerahamnya semakin sakit. Sudah ingin dicabut, namun karena masih radang ditandai sakit, dokter tidak berani ambil resiko. Selanjutnya giliran saya, diperiksa 30 detik, kumur, dibersihkan, ditambal, selesai ! Sepertinya tidak ada 15 menit. Astaga, takjub saya!. Ini memang geraham saya yang tak parah, atau dokternya sudah makin jago (dulu lebih dari setengah jam), antrian juga tidak banyak, atau memang standar pelayanan dokter BPJS begitu.
Hmmm semoga tambalan gigi gretongan ini awet.
Target selanjutnya, dokter THT dan Cek Lab ;-)
Tiga lembar kartu BPJS saya terima minggu lalu. What? Hanya berupa lembaran nih? Saya pikir kartu BPJS seperti kartu NPWP selayak kartu ATM BANK. Well, kata mas petugas bentuk kartu BPJS sekarang begini, yang begitu –tebal magnetic- untuk peserta Jamkesmas.
Voilaa..!Baiklah yang penting fungsinya, yang tercantum padai Nomor Kepesertaan.
Dua hari kemudian, suami mencoba periksa ke dokter gigi. Betul, gratis ! Ndeso saya. Esok sorenya gantian saya yang periksa ke dokter gigi, untuk tambal gigi. Sayang nya si kecil tidak mau. Loh kok jadi sekeluarga ke dokter gigi. Iya, dokter gigi inilah alasan saya mendaftar BPJS secara mandiri setelah pihak kantor tak ada kepastian kapan asuransi kesehatan aktif. Hanya BPJS Ketenagakerjaan yang sudah terdaftar, begitu cerita staf SDI kantor. Sengaja memilih kelas II karena tariff lebih murah dan masih memungkinkan naik kelas rawat inap di Rumah Sakit.
Ceritanya dua tahun lalu gigi saya bermasalah. Ada lubang di gigi geraham bagian atas. Tak terlihat dan terasa, karena bukan bagian geraham tengah yang lubang melainkan bagian tepi agak kebelakang. Tidak terlihat jika saya berkaca. Hanya berasa jika lidah dijulurkan. Awalnya saya tahu gigi tersebut berlubang karena sering selilitan di lokasi tersebut. Jadilah saya ke dokter gigi sebagai pasien umum. Tambal gigi kisaran Rp.300 ribu , lining karena gigi seri atas sensitive dan bersih karang gigi juga kisaran Rp.300rbu. Mahilll. Habislah jatah uang makan sebulan ;-(
Nah karena sekarang gigi bagian bawah mau unjuk gigi, jadilah di BPJS kan lah dulu supaya bisa gretongan. Tidak beneran gratis dong ya..tapi bayar lebih murah untuk keluhan All in One. Iyess…tapi bagaimana pelayanannya ? Apakah sama ketika si dokter gigi belum berstatus dokter dengan fasilitas BPJS?
Dahulu ibu dokter muda itu amat ramah, menjelaskan dengan detil apa penyebab sakit dan bagaimana cara penanganan dan konsekuensi. Cantik pula ! itu komentar suami.
Hadeuh Ayah, telat banget sudah dari lama dikasih tahu juga.
Pukul 17.30 mendaftar, masih ada 3 antrian. Saya memilih pulang dan mandi dulu karena rumah dekat, hanya 200m dari klinik bu dokter.
Pukul 18.15, sudah ditunggu ternyata ( Suami diperiksa lebih dahulu karena gerahamnya semakin sakit. Sudah ingin dicabut, namun karena masih radang ditandai sakit, dokter tidak berani ambil resiko. Selanjutnya giliran saya, diperiksa 30 detik, kumur, dibersihkan, ditambal, selesai ! Sepertinya tidak ada 15 menit. Astaga, takjub saya!. Ini memang geraham saya yang tak parah, atau dokternya sudah makin jago (dulu lebih dari setengah jam), antrian juga tidak banyak, atau memang standar pelayanan dokter BPJS begitu.
Hmmm semoga tambalan gigi gretongan ini awet.
Target selanjutnya, dokter THT dan Cek Lab ;-)
Comments
Post a Comment