SERIAL BUN-BUN
Saya tipe Bunda pemalas, (cung ! yang ngerasa sama ). Saat pagi hari memasak sayur sop, semua makan sop. Saat saya memasak tumis kangkung pedas, semua makan menu yang sama. Sehingga anak saya terbiasa dengan makanan yang kami makan, tanpa beda. Ini saya lakukan sejak Keenan berumur dua tahun. Lebih tepatnya cukup melelahkan menyiapkan 2 menu berbeda selama 1,5 tahun sebelumnya, saat si bayi belum pintar ngunyah.
Saya tipe Bunda pelit, (cung ! yang ngerasa sama ). Saya lebih suka membuat aneka cemilan untuk balita dan keluarga daripada keseringan membeli di warung. Lebih sehat dan mengenyangkan. Keenan sangat jarang minta beli jajan , karena sekolahnya fullday, jadi memang tidak sempat ;-p.
Tentu menyenangkan memiliki anak yang lahap makan. Tidak pemilih, tidak banyak jajan di warung. Senyatanya saya melewati proses panjang membuat kebiasaaan makan Keenan. Meski tetap melewati masa-masa GTM (Gerakan Tutup Mulut) selama beberapa waktu. Namun alhamdulillah selalu ada solusi membangkitkan selera makannya.
Pada dasarnya kebiasaan baik makan anak, berawal dari kebiasaan makan keluarga. Jika dalam lingkungan keluarga lebih sering menyantap aneka sayur berwarna hijau ketimbang makanan hewani berkuah santan, maka anak akan terbiasa.
Ketika seorang kawan bilang ‘Masakan Ibu saya yang paling enak, bahkan masakan istri masih kalah.’ (istri: tapi sekarang saya yang buat teh manis terwangi tiap pagi ;-)).
Pendapat itu akan keluar dari seseorang yang pada masa kecilnya sering dibuatkan masakan oleh Ibunya. Bagaimana dengan Ibu zaman sekarang yang lebih senang membeli makanan di warung daripada repot memasak sendiri ?
Tidak bermaksud menghakimi, namun memasak makanan sendiri berarti kita tahu takaran dan kualitas bahan yang digunakan. Tanpa MSG dan tanpa pengawet. Tidak bisa masak ? Heloooww sedemikian banyak resep beredar di dunia maya. Tinggal intip, praktekkan, tak perlu takut salah. Paling hanya kurang enak, tidak bikin sakit perut apalagi muntah-muntah jika bahan yang digunakan tidak busuk (semoga hehehe).
Tahukah Anda bahwa aroma masakan yang keluar saat makanan sedang diolah menimbulkan selera dan terekam di otak? Kelak jika anak sudah dewasa, kemudian mencium wangi masakan yang mirip masakan ibunya, bikin kangen.
Ini hanya masalah kemauan, dan kesadaran ( Apa menu sarapan keluarga esok ?
Saya tipe Bunda pemalas, (cung ! yang ngerasa sama ). Saat pagi hari memasak sayur sop, semua makan sop. Saat saya memasak tumis kangkung pedas, semua makan menu yang sama. Sehingga anak saya terbiasa dengan makanan yang kami makan, tanpa beda. Ini saya lakukan sejak Keenan berumur dua tahun. Lebih tepatnya cukup melelahkan menyiapkan 2 menu berbeda selama 1,5 tahun sebelumnya, saat si bayi belum pintar ngunyah.
Saya tipe Bunda pelit, (cung ! yang ngerasa sama ). Saya lebih suka membuat aneka cemilan untuk balita dan keluarga daripada keseringan membeli di warung. Lebih sehat dan mengenyangkan. Keenan sangat jarang minta beli jajan , karena sekolahnya fullday, jadi memang tidak sempat ;-p.
Tentu menyenangkan memiliki anak yang lahap makan. Tidak pemilih, tidak banyak jajan di warung. Senyatanya saya melewati proses panjang membuat kebiasaaan makan Keenan. Meski tetap melewati masa-masa GTM (Gerakan Tutup Mulut) selama beberapa waktu. Namun alhamdulillah selalu ada solusi membangkitkan selera makannya.
Pada dasarnya kebiasaan baik makan anak, berawal dari kebiasaan makan keluarga. Jika dalam lingkungan keluarga lebih sering menyantap aneka sayur berwarna hijau ketimbang makanan hewani berkuah santan, maka anak akan terbiasa.
Ketika seorang kawan bilang ‘Masakan Ibu saya yang paling enak, bahkan masakan istri masih kalah.’ (istri: tapi sekarang saya yang buat teh manis terwangi tiap pagi ;-)).
Pendapat itu akan keluar dari seseorang yang pada masa kecilnya sering dibuatkan masakan oleh Ibunya. Bagaimana dengan Ibu zaman sekarang yang lebih senang membeli makanan di warung daripada repot memasak sendiri ?
Tidak bermaksud menghakimi, namun memasak makanan sendiri berarti kita tahu takaran dan kualitas bahan yang digunakan. Tanpa MSG dan tanpa pengawet. Tidak bisa masak ? Heloooww sedemikian banyak resep beredar di dunia maya. Tinggal intip, praktekkan, tak perlu takut salah. Paling hanya kurang enak, tidak bikin sakit perut apalagi muntah-muntah jika bahan yang digunakan tidak busuk (semoga hehehe).
Tahukah Anda bahwa aroma masakan yang keluar saat makanan sedang diolah menimbulkan selera dan terekam di otak? Kelak jika anak sudah dewasa, kemudian mencium wangi masakan yang mirip masakan ibunya, bikin kangen.
Ini hanya masalah kemauan, dan kesadaran ( Apa menu sarapan keluarga esok ?
Comments
Post a Comment