Anda kenal TAHIR ?
Enggak ? Sama :-)
Libur saatnya beberes rumah. Lebih tepatnya merapikan
tumpukan buku dan kertas yang belum memiliki rak khusus (baca: suami belum jadi beliin rak buku, malahan beli rak diecast)
. Kemudian menemukan 2 lembar Koran KONTAN edisi 29 September 2016 yang dulu
sengaja saya simpan, untuk saya baca di kemudian hari. Astaga, lama pisan bacanya ! Haha enggak juga, sudah dibaca kapan itu, tapi
masih ingin menyimpannya karena
beritanya bagus.
Liputan Khusus SAKSI MATA EKONOMI INDONESIA yang menyajikan ulasan tentang salah dua tokoh
sukses pengusaha Indonesia yaitu TAHIR dan HARY TANOE.
#Dimulai dari TAHIR, dulu :
Dasar
saya yang kudet, karena baru kenal dan
tahu nama Tahir setelah ada hibah 6 bus transjakarta bertuliskan TAHIR FOUNDATION
disalah satu berita TV Nasional. Siapa
Tahir ? Yang saya tahu Erick
Tohir, pengusaha muda fenomenal yang berani membeli
Intermilan. Kemudian beliau
muncul di beberapa media keterkaitan dengan hibah bus tersebut. Mulai ngeh juga, ternyata sang bos Mayapada
Group. Jadi kantor bank baru diseberang
selatan alu-alun itu milik sang dermawan itu. Begitulah yang saya simpulkan
hasil browsing tentang sosok Tahir.
Tercatat
sebagai orang kaya ke-7 Indonesia dan 906 di dunia versi Forbes dengan nilai
kekayaan US$ 2,2 Milyar, bisnisnya menggurita mulai sektor keuangan,
ritel, rumah sakit, media dan properti.
Berhasil
melewati 2 krisis yaitu tahun 1998 dan 2008
dengan gemilang. “Saya tidak
pintar membuat kesalahan”, begitu ujarnya saat banyak yang menanyakan kunci
keberhasilannya. Seperti saat krisis 1997-1998, saat banyak bank lain terdampak
krisis, Bank Mayapada tetap anteng karena tidak memiliki banyak hutang valuta
asing. Sehingga saat dollar AS melonjak, Bank Mayapada tetap aman. Begitupun
saat tahun 2008, Bank Mayapada justru
kebanjiran dana. Momen tahun 2008 juga menjadi tonggal Tahir merambah bisnis healthcare yaitu mendirikan Rumah Sakit
Mayapada dengan mengakuisisi RS Honoris.
Sedang
dibidang property, Tahir tidak menempatkan diri sebagai pengembangan perumahan
apalagi gedung atau ruko. Tahir mengambil lahan bisnis bidang rental income. Tahir memilih membeli gedung yang sudah jadi,
kemudian menyewakan ke pihak ketiga.
Cuma
satu bisnis yang belum di masukinya, yaitu telekomunikasi. “Saya enggak ngerti,
sudah banyak pemain besar,” katanya.
Memiliki
4 putri dan 1 putra yang saat ini sudah
diberi tugas tanggung mengurus sebagian perusahaan yang didirikannya. Tahir tak
khawatir bisnisnya akan mengendur saat dikendalikan putra-putrinya. “Saya kasih kesempatan supaya mereka
maju. Jika mereka membuat kesalahan , mereka akan belajar dari kesalahan itu.”
Belajar
dari Tahir:
1. Menjalankan
bisnis yang dipahami.
2. Memberi
kesempatan anak dan orang-orang bertalenta untuk menunjukka kinerjanya.
3. Berderma
tak mengurangi pundi kekayaannya.
Sekarang jadi kenal :D
ReplyDeleteiyaaa salam kenal mbak nirmala
ReplyDelete