Ada yang tidak
sependapat dengan judul diatas ? Halo para Bapak :-)
Ini beneran, bukan riset terprogram untuk maksud
meningkatkan elektabilitas para emak. Kenapa ? Karena secara kodrati, perempuan
memang dianugerahi kesabaran yang luar biasa
dari Allah. Melahirkan, merawat dan membesarkan seorang anak manusia bukan
perkara mudah. Bukan hanya tentang kebendaan, seperti berapa banyak uang saku harian,
namun lebih pada kasih sayang yang dirasakan anak dari kedua orangtuanya
khususnya emak.
Saat emak –emak bersuka cita, maka energi bahagia itu
tersalur juga saat bermain bersama si kecil. Begitupun sebaliknya, saat emak
sedang gundah gulana maka perasaan itu juga dirasakan oleh sang jabang bayi
dalam kandungan. Jadi para Bapak, please
luangkan waktu untuk mendengarkan curhatan para emak, bahkan ketika pekerjaan
kantor sudah sedemikian melelahkan. Emak itu hanya butuh didengarkan, tidak yang
lain. Tapi kalau ada Bapak yang pulang dari luar kota membelikan sepasang
sepatu baru atau 2 keranjang jajanan tentu emak akan semakin melebarkan
senyumnya :-)
Kalau Bapak
mendengar emak memarahi anak untuk suatu alasan kecil. Terlepas bahwa si
anak memang melakukan kesalahan, bisa jadi karena emak sedang kesal pada
sesuatu. Bisa jadi pada, Anda, Pak. Seperti tetangga sebelah rumah yang memiliki 4
junior. Masya Allah meriahnya rumah itu. Teriakan dan tangisan bersahutan
sepanjang hari. Drama antagonis tersaji setiap saya membuka pintu samping. Entahlah apakah si Emak memang sedang marah
dengan suaminya yang pulang seminggu sekali dengan dompet tipis, atau galau
karena setiap tahun harus cari rumah kontrakan baru. Tapi ini benar. Emak tidak happy ,
dunia tidak happy. Termasuk dunia saya,
turut kelabu saat mendengar teriakan bersahutan di rumah sebelah, dan itu merusak suasana
makan siang kami sekeluarga kala weekend tiba.
Comments
Post a Comment