#serialbunbun
Selalu
diawali bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Mengapa ibu ? Bagaimana
jika ibu dan ayah sama-sama bekerja ? Apakah beban pendidikan anak tetap
dibebankan lebih besar pada ibu ?
Mari kita
telisik musababnya dari kacamata logika kekinian J
MASA
SEKOLAH
Ada
sebagian ibu yang memilih homescholling
untuk pendidikan putra-putrinya. Baik diajari sendiri maupun memanggil guru ke rumah atau mengikuti
pendidikan online. Apapun metodenya, tujuannya sama, semua orang tua menginginkan
anak menjadi pintar, berakhlaq baik, mandiri dan kelak mampu menaklukkan dunia.
(apaseh…:-p)
Saya
termasuk golongan ibu yang tak terlalu pintar dalam hal akademis. Sehingga saya
memilih bersusah payah survey sekolah terbaik (versi saya) yang memiliki visi
misi sama (taelahhh…) Saya menginginkan sekolah yang memberikan bekal ilmu
agama dengan porsi lebih banyak dari sekolah umum. Era digital dan pergaulan
anak generasi Y sulit ditebak. Sekolah fullday
menjadi pilihan saya dan banyak ibu lain karena rutinitas bekerja hingga sore,
sehingga tak mampu mendampingi anak 24 jam. Anak akan lebih aman berada di
lingkungan sekolah hingga sore dengan beragam aktivitas bermanfaat dari pada
terjerembab pergaulan tidak jelas. Mungkin jadi terkesan orangtua lepas tangan
dengan pendidikan anak. Seluruh pendidikan beralih dari rumah dan menjadi
tanggungjawab sekolah. Tentu saja hal ini tidak sepenuhnya benar. Ada
keterbatasn ilmu dan waktu dari para orang tua,sehingga muncul kebutuhan dan
kesadaran untuk mencari orang/lembaga/ sekolah yang mampu mengakomodai
kebutuhan tersebut. Memilihkan lingkungan dan sekolah yang baik adalah bagian
dari ikhtiar memiliki anak dengan benteng ke Islam-an kuat.
Lagi,
peran ibu tetaplah utama. Apapun yang terjadi diluar sana, ibu harus tahu. Ibu
harus jadi orang yang pertama tahu keadaan putra-putrinya. Jika bonding ibu dan
anak erat, maka wajar jika ibulah yang
pertama tahu saat putrinya haid pertama atau putranya bermimpi basah. Sex education awal selayaknya diajarkan
dari rumah, dari orangtua, bukan dari
katanya teman atau browsing internet
yang sumbernya tak bisa dipercaya.
Semoga anak-anak mampu menjaga dirinya sendiri dan keluarganya kelak.
Untuk memilih sekolah yg full day,,harus survey hingga mendalam dan yang sudah terbukti terpercaya. Takutnya hanya manis didepan kita saja.
ReplyDeleteIyess bener Bu Sari. Saking parnonya anak masih TK udah nyari bakal sekolah SMP dan SMU :-)
ReplyDelete