sumber :okezone.com(24.7.2017) |
DPR baru saja mengesahkan
Undang-Undang Pemilu , Jumat lalu seperti dilansir okezone.com, yang sebelumnya
sudah diwarnai drama walkout. Prosentase
Presidensial Threshold adalah salah satu sebab runcingnya jalan pengambilan
putusan. Pun banyak pihak yang berteriak akan mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
Perebutan kursi, itulah yang di
perdebatkan para orang pintar itu. Menilik tulisan EH Kartanegara (alm) yang
diterbitkan Suara Merdeka (07/10/2004), bahwa dalam budaya Jawa dahulu,
mengejar kursi atau jabatan, dianggap saru(tidak
pantas). Sementara sekarang justru terbalik, jika ada politisi yang tidak
mengejar kursi justru dianggap tidak lincah mengambil kesempatan. Maka jangan
heran jika untuk mendapatkannya banyak dilakukan manipulasi data, menabrak
rambu hukum hingga politik uang.
Sayangnya banyak orang malas
membuka file-file record pejabat
periode lalu.Banyak orang malas belajar dari kitab suci politik seperti The Nicomachean Ethnics karya
Aristoteles yang mendeskripsikan bagaimana memahami kearifan politik.
Jika ada calon pejabat sowan kepada para kiai, bukan karena
mereka ingin belajar agama,tentang kearifan, keluhuran dan kejujuran, melainkan memohon dukungan dan restu. Politik
bukanlah jalan lurus, melainkan berliku dan bercabang ke berbagai arah. Ada
banyak kemungkinan menantang untuk dimainkan, termasuk kemungkinan bertambah
kisruh. Bisa jadi disinilah “gurihnya” berpolitik.
Setelah kursi diraih dengan penuh
pengorbanan (dan mungkin tumbal) dan berbiaya tinggi, mungkinkah janji kampanye
yang melangit demi terwujudnya bangsa beradab adil dan makmur akan diwujudkan?
Sejarah politik bangsa memberi pelajaran jika sebuah kursi dikejar dengan ambisi
untuk menguasai dan bukan mengayomi tak akan pernah mampu membersihkan segala
apapun yang kotor.
Indonesia masih punya harapan,
karena di beberapa daerah telah hadir sosok pemimpin selayak Umar bin Abdul
Aziz yang rela meninggalkan semua limpahan kekayaan demi menjadi khalifah dan
bersama umat membangun kesejahteraan. Sosok-sosok tersebut hadir semacam oase,
dalam keresahan korupsi yang membudaya.
*disadur dari salah satu tulisan dalam buku karya EH Kartanegara (alm), jurnalis asal Pekalongan.
Karya Literasi "Kotomono Ehaka"
Penerbit Burung Merak Press, Juni 2017
Comments
Post a Comment