Sulit
menyembunyikan gemuruh dada yang membuncah. Sulit menahan air yang
menggenang di pelupuk mata. Lelaki gagah yang saya kenal dulu, kini tergolek
lemah di ranjang kayu berwarna coklat gelap. Tubuh tegap itu terlihat menyusut.
Sudah tak terlihat raga yang rajin nge-gym
itu. Hilang sudah keceriaan dari wajah tegasnya. Seandainya bertemu di tempat umum , saya nyaris kesulitan mengenali raut mukanya. Sakit itu telah mengikis raganya. Meski tutur kata dan ide-ide liarnya
tetap tak terbendung, ada nada getir di setiap ucapannya.
Kemudian
saya menyesal kenapa tidak sedari lama mengunjungi beliau.
Mengapa tidak sejak kemarin-kemarin saya bertandang ke rumahnya. Rencana itu
tertunda kesekian kali dengan alasan kesibukan. Basi ! Seandainya saya
lakukan sejak awal, ingin saya ceritakan tentang perjuangan Dahlan Iskan
melawan penyakitnya. Berupaya dengan semua usaha dan dukungan keluarga untuk
mendapat kesembuhan. Bukan hanya tentang kesiapan materi, lebih pada ikhtiar
tak berbatas dan semangat untuk sehat lebih lama demi karya nyata. Banyak
sekali hal baik yang bisa dilakukan dengan tubuh sehat. Hal yang berimplikasi
baik pada diri sendiri dan bermanfaat untuk umat.
Lebih
dari sepuluh tahun lalu kami pernah duduk
satu ruangan. Kami melakukan beberapa perjalanan ke keliling kota di
Jawa Tengah. Kami sepaham dalam banyak hal. Namun tetap ada perbedaan pandangan pada beberapa
hal lain. Dan kami memakluminya sebagai dinamika. Berbeda bukan berarti tidak bisa
berjalan beriringan, bukan ?
Ujian
ini adalah bagian dari lakon yang harus dijalani. Ikhtiar , tawakal dan doa
beriring mengharap ridhoNya. Semoga segera diangkat sakitnya. Aamiin.
Dahlan iskan sakit apa? Udah lama banget ga denger kabarnya ya... ikut kirim doa dr jauh. Semoga bliau diangkat penyakitnya. Diberi kesembuhan dengan segera. Dan segera bs berkumpul bersama keluarganya ya aamiin
ReplyDeleteKalau Dahlan Iskan kanker hati Mbak Rahma. Kemudian melakukan transplantasi hati. Sudah lama, sebelum jadi Direktur PLN :-)
Delete