Tako dumptruck dan Odi backhoe (sumber youtube/mainananak) |
Sayup-sayup terdengar
suara tangis yang tertahan. Suma, minibus berwarna merah, mengerjap-ngerjapkan
matanya. Telinganya tegak untuk
mempertajam pendengaran.
Hari masih gelap, belum ada cahaya matahari yang
menerobos melalui jendela rumah. Hanya ada temaram lampu kecil dari sebuah
lemari kaca dua pintu penuh mainan. Satu sisi lemari berisi mainan dari kayu
dan plastik serta tumpukan puzzle. Sedangkan sisi yang lain berisi
mobil-mobilan berbagai jenis dan ukuran. Dua rak pertama berisi mobil-mobil kecil
seukuran genggaman tangan. Sedang rak paling bawah berisi mobil yang lebih
besar.
“Suara siapakah
yang sesenggukan dipagi buta begini ?” gumam Suma sambil melirik sekitar.
Dilihat kawan-kawannya masih pulas. Odi, backhoe warna kuning meringkuk di
pojok, sementara Sata,lokomotif kereta hitam mulai menggerak-gerakkan
badannya. Suma menoleh kebelakang, kemudian memicingkan matanya. Di dekat pintu
lemari kaca itu biasanya Tako sang dumptruk biru berada. Tapi bayangan hitam di
depannya berbeda, seperti bukan Tako.
Byar! Tiba-tiba lampu ruangan menyala. Rupanya Ken, anak
lelaki setinggi 110cm sudah bangun. Gemericik air menandakan Ken sedang
mengambil air wudhu.
Kali ini Suma bisa melihat dengan jelas siapa yang ada
di depannya. Benar , bukan Tako !
“Odi, bangun ! Tako hilang !” Suma berusaha membangunkan
Odi dengan menabrakkan bemper depan busnya. Odi hanya membuka mata sebentar,
kemudian membalikkan badan
backhoenya sehingga membelakangi Suma.
Kemudian Suma bergeser kea rah Sata, dibukanya kaca
depan lokomotif paling tua itu. Iya, Sata adalah yang paling lama tinggal di
kamar Ken. Sata adalah mainan Ken sejak umur 1 tahun. Empat gerbong kereta Sata
sudah rusak. Namun Ken masih menyimpan
lokomotif Sata.
“Tidakkah ini terlalu pagi, Suma? Kenapa engkau berisik
sekali?” Ucap Sata dengan mata masih terpejam.
“Sudah lepas Shubuh Sata. Dan yang lebih penting, Tako
hilang !”
“Hallah, paling
Ken lupa meletakkan Tako di atas meja belajar. Dia kan sering begitu.”
“Tidak ada, Sata.” Suma gemas lalu menabrakkan bodi bus
belakangnya kea rah Sata. “Buka matamu, di meja tidak ada Tako!”. Sata beringsut
sambil melebarkan kelopak matanya.
Jarak lemari kaca
tempat mereka berada hanya terpaut 3 meter, sedikit terhalang sandaran kursi.
Benar, tidak terlihat Tako disana. Kadang –kadang saat Ken teramat kelelahan
dan ingin bersegera tidur, Ia meletakkan begitu saja semua mainannya. Jika sudah begitu, Bunda Ken tidak tinggal
diam. Ken tidak boleh tidur jika semua mainan belum masuk ke lemari kaca di
ujung kamar.
“ Tahun depan
kamu sudah masuk sekolah dasar, Ken. Artinya sudah besar. Anak besar harus
belajar tanggung jawab.” Begitu nasihat
Bunda, kala Ken malas-malasan berberes.
“ Tako ada di balik pintu.” Tiba-tiba terdengar suara
asing yang tidak dikenali. Benda di dekat pintu lemari membalikkan badannya.
Sayapnya yang panjang menyentuh ujung
lemari sehingga tidak bisa sepenuhnya membelok. Suma, Odi dan Sata saling
merapat. Benda itu lebih besar dari mereka. Ujung badannya runcing, ada empat
roda kecil dibagian bawah. Warna abu kombinasi hitam membuatnya terlihat gagah.
“Namaku Andrew
sang pesawat jet tempur , aku datang tengah malam tadi bersama Ayah Ken. Aku datang dari negeri jauh. Itu
mengapa badanku jauh lebih besar dari
kalian. Warnaku pun jauh lebih berkilau.”
Tanpa diminta, Andrew menerangkan keberadaannya.
“Tako sudah usang.” Lanjut Andrew .”Dia layak dibuang !,
karena sudah ada aku, mainan pengganti yang jauh lebih bagus, hahaha.” Tawa Andrew memenuhi seantero lemari.
Suma menutup kedua telinganya. Kemarin kaca telinganya
pecah karena jatuh dari teras terguling ke tanah. Suara keras sering
mengagetkannya.
“Tidak mungkin Tako dibuang! Ken orang baik !” Sata maju
mendekati Andrew. “Buktinya aku. Sudah
empat tahun aku menemani Ken. Gerbongku rusak semua, tapi Ken tetap sayang
padaku.”
Andrew kembali tertawa memperlihatkan gigi-giginya yang
tajam sembari mengetuk-ngetukkan empat
roda kecilnya ke lantai kaca. “ Tunggu saja giliranmu , Sata !” Bentukmu
sungguh lebih layak menjadi rongsokkan. “Suma bersembunyi dibalik badan Odi.
Dia tidak tahan dengan kegaduhan yang ditimbulkan Andrew .
“Betul, Ken tidak mungkin melakukannya” Kali ini Odi
backhoe kuning yang berbicara.” Roda depanku pernah rusak .Ujung besinya patah
. Ken kemudian meminta tolong Ayah menyambungkannya kembali. “ Ken menyayangi
kami semua !”
Suara langkah kaki membuat semua diam. Andrew menutup
mulutnya. Suma , Odi dan Sata saling menempelkan badan.
“Bunda, mohon bantu aku .” Ken membawa sebuah kotak
kardus. Dari balik pintu diambilnya sebuah benda kemudian dimasukkan kedalam
kardus.
“Itu Tako !” Jerit Suma, Odi dan Sata bersamaan. Tako yang
mendengar suara teman-temannya, hanya menoleh sedikit. Tako malu dengan bekas
airmatanya.
“Kenapa belum kamu bungkus ?” Kertas kado warna biru
langit disodorkan Bunda kepada Ken.
“Ken sayang Tako, Bun.” Ucap Ken lirih. Tako dipeluk erat. “ Tako, dumptruk yang menemani Ken bermain pasir. “
Bunda mengucap rambut hitam anak semata wayangnya itu. “Memberikan
sesuatu kepada orang lain, berupa benda yang kau sayang,adalah hal baik. Tako
sudah sekian lama bermain
bersamamu. Kali ini Tako akan
mendapatkan lebih banyak teman baru. Lagian sudah ada pesawat jet baru dari
Ayah.“
“Apakah mereka akan merawat Tako, Bun?”
Perempuan berkerudung marun itu mengangguk mantap.
“Pasti, penghuni panti asuhan Azahra adalah anak-anak yang rajin. Ken masih ingat,
kaos beruang hitam yang tahun lalu kita
berikan untuk mereka , masih dipakai Sina,balita kecil yang baru belajar
berjalan itu kan?”
Tiba-tiba Ken berdiri sambil membawa Tako menuju arah
lemari mainan . Dibukanya pintu kaca perlahan.
“Apakah kamu mau menukar mainan yang akan diberikan
untuk anak panti?”
Ken diam mematung.” Tidak , Bu. Ustadzah di sekolah
bilang, berikan mainan yang masih bagus dan paling disukai.”
Suma, Odi dan Sata menatap haru. Kali ini Tako
tersenyum, sisa sedihnya mulai lenyap. Perkataan Bunda benar. Dia akan
menemukan pemilik baru, dan tidak hanya satu, banyak. Dia akan membuat
keceriaan banyak anak.
Bunda membantu Ken membungkus kardus berisi Tako sang
dumptruk. Sebuah pita emas disematkan di atas bungkusan cantik itu.
“Kita berangkat sekarang , Ken?” Bunda beranjak keluar
kamar. “Supaya tidak tertinggal minibus yang akan mengantar kalian ke panti.”
“Tunggu Bun. “ Ken berlari menuju meja, kemudian menulis
sesuatu diatas kertas.
Bunda meraih kardus untuk dimasukkan kedalam tas plastik
besar. Dibacanya kertas yang tertempel di atasnya.
TAKO DARI KEN TK B PERMATA HATI.
Comments
Post a Comment