Sabtu pekan lalu saya memenuhi undangan OPEN HOUSE sekolah baru Andra. Iya, bayik ini sudah berusia 3,5 tahun. Saya pilihkan Kelompok Bermain Islam Terpadu. Sebenarnya saya tidak berniat memasukkan Andra ke KBIT, rencana langsung masuk TK saja. Satu hal hemat biaya, hal lainnya proses belajar di KBIT belum optimal. Bukan keharusan. Namanya juga Kelompok Bermain atau play group, ye kan?
Tapi demi mendengan Andra sering merengek minta segera, jadilah saya iyakan.
Mungkin karena hampir setiap pagi dia turut saya bonceng nganterin kakaknya
sekolah di SDIT, mungkin dia pikir sekolah itu seru. Banyak teman dan mainannya
banyak.
“Sekolah yang ada perosotannya ya, Bun” begitu katanya
setiap ditanya mau sekolah dimana.
Mencari sekolah untuk Andra sedikit berbeda dengan waktu saya mencari sekolah untuk kakaknya. Keenan sejak usia 11 bulan sudah masuk daycare. Jadi dia sudah berpindah 3 daycare sampai dengan selesai Taman Kanak-Kanak. Pertimbangan mencari sekolah, tentu yang menyediakan tempat penitipan anak juga.
Sedang Andra cukup beruntung. Ada Bude (tetangga) yang
berkenan menjaganya dari pagi saya kerja hingga jelang maghrib. Rumah tetangga ini jaraknya sekitar 2 km dari rumah. Lumayaaan.
Sejak awal tahun kemarin, saya sudah mencari-cari informasi
sekolah anak usia dini di lingkungan rumah. Setelah tanya sana-sini, akhirnya
di suatu Sabtu di bulan Maret dari pagi kami ber empat; saya, si Ayah, Keenan
dan Andra mengunjungi 3 calon sekolah
Andra. Kenapa harus berempat sih? Karena tidak punya ART (Asisten Rumah Tangga)
memang kemana-mana, selalu bawa anak-anak J
Baca juga: Konsisten Menghukum Anak
Calon sekolah pertama, berjarak sekitar 1,5 km rumah Bude, jam sekolah 07.30-10.00 Relatif
dekat, tapi enggak mungkin jalan kaki juga jemputnya.
Calon sekolah kedua,
sekitar 2 km dari rumah Bude, jam sekolah 07.30-10.00, menyediakan daycare. Tetap saja bingun siapa yang bakal
jemput di jam 10.00 atau jam setelah daycare 15.00. Dan lagi si Ayah langsung
bilang enggak karena akses jalan ke arah ke sekolah tersebut berupa jalan gang
yang tidak bisa untuk papasan mobil. Apalagi tepinya kebon yang lebih rendah
dari jalan sekira 2m. Duuuuh, mana saya dan suamik sesama tipe berangkat kerja
mepeters J
Calon sekolah ketiga,
sekitar 3 km dari rumah Bude, jam sekolah 07.30-11.00, menyediakan daycare. Tetap saja bingun siapa yang bakal
jemput di jam 11.00 atau jam setelah daycare 15.00. Tapi kem.udian disampaikan
ada mobil jemput pulang. IYES, langsung saja daftar ke sekolah ini, padahal
niat awalnya baru survey. Sebenarnya ini juga sekolah Keenan dahulu. Namun dulu
masih ada guru/ustadzah yang rumahnya deket, jadi bisa saya titipi untuk antar
pulang.
feeding the rabbit Lembang Park & Zoo |
Kembali ke cerita OPEN HOUSE tadi. Sesi awal open house diisi oleh Ibu Kharis seorang Ibu berputra empat yang memiliki pengalaman mengajar anak usia dini dan juga berperan sebagai konselor pernikahan.
Ada 3 hal menarik yang beliau sampaikan:
1. Peran anak sebagai :
- sebagai amanah
- sebagai ujian
- sebagai penyejuk hati
- kurang satu lagi apa ya...lupa
2. Anak adalah peniru ulung
Masih hobi makan minum sambil berdiri? Apalagi nenggak air bening langsung dari teko?
Anteng mantengin drakor sambil nyuruh anak ngaji?
Anak balita belum pandai mengakses perintah, otaknya bekerja pada visual yang terpampang didepan mata. Iya, dia menirukan apa yang dilakukan orang-orang sekitarnya. Jadi kalau emak habis merepet marah-marah, tak perlu nunggu lama, kosa kata si balita akan sama persis!
3. Ngecharge Iman
Anak balita itu belum terbiasa diberi tahu, tempe apalagi pizza semeter. Tapi balita itu peniru ulung. Sejam haha.
Dijelaskan oleh ustadzah, sejam pertama dari anak masuk sekolah, mereka akan diajarkan membaca Al Quran dengan metode QIROATY. Fix, saya tak perlu galau kemana membawa anak belajar mengaji.
Ini juga salah satu alasan saya memilih Sekolah Islam Terpadu.
Biar kelihatan keren? Sama sekali tidak. Namun karena saya pulang sore jadi tidak bisa mengawasi anak apakah beneran berangkat TPQ di musala atau tidak. Meninjau kebiasan si Ayah dahulu, kata mertua, sering bolos. Bagian yang kurang baik, seringnya niru teman sebelah sih.
Hahaha
Comments
Post a Comment