Skip to main content

Konsisten Menghukum




Siang kemarin saya menelpon Keen dan dia menjawab sumringah. " Aku lulus Al Mursalat, Bun!" alih-alih bilang agak lemas karena berangkat - pulang naik sepeda ke sekolah, padahal sedang puasa. "Alhamdulillah", jawab saya. Dalam hati saya tahu kenapa dia begitu bersemangat saat bisa menyelesaikan surat terakhir yang harus dia hafal pada juz 29. Handphone.

Iya, lebih dari dua pekan ini, Keen tidak saya perkenankan pegang handphone yang biasa dia pakai. Baik untuk  texting whatsApp, telepon apalagi nge-game. Kenapa?
Ini adalah kesekian kali Keen saya hukum tidak boleh main game. Kali ini malah totally tidak pegang handphone. Handphone tetap di tempat semula, di meja depan televisi. Namun saya locked . Saya memang tipe emak-emak yang konsisten kalau menghukum anak. Tentu saja bukan hukuman fisik. Walau kadang kalau sedang gemez parah, tetap aja itu kuping saya jewer keras kalau dibangunin shubuh susah.

Handphone seharga 1,5 juta itu saya beli dua  tahun lalu untuk kepentingan sekolah daring. Sebelumnya selama hampir 1 tahun, Keen menggunakan laptop jadul plus handphone jadul yang sinyal nya suka ilang kemana-mana tidak atau saat zoom, video meleyat leyot sana sini.
 Setelah sekolah normal tatap muka berjalan, maka kegunaan handphone beralih hanya untuk menonton youtube, whatsApp, game dan googling. Oh iya saya juga menginstal aplikasi family link, yang saya gunakan untuk kontrol handphone anak. Seningga jam aktif handphone bisa saya batasi termasuk aplikasi apa saja yang boleh dibuka berikut durasi waktunya.

Baca juga : menyekolahkan anak versus menitipkan anak

Tidak ada tiktok maupun game mobile legend dalam handphone nya. Game yang saat ini masih ada match arena, soccer dan trial minion. Emak pelit? Iya. Saya memang produk jadul yang (belum) percaya bahwa game memiliki beberapa pengaruh positif  pada anak, diantaranya menaikkan daya kreativitas. Bagi saya ada banyak cara menaikkan daya kreativitas alih-alih dengan main game.
Melarang anak main game sama sekali juga tidak mungkin. Beban berat pelajaran sekolah memang butuh hiburan. Selain aktivitas fisik bermain bola dan bersepeda, main game salah satu hal untuk relaxing. Iya salah satu saja. Jadi game nya tak usah kebanyakan.

Betul, hukuman tidak boleh pegang handphone ada hubungannya dengan game. Ceritanya, beberapa waktu lau saya membaca chat Keen dengan temannya. Keen mengajak temannya main game stumble. Agak aneh bagi saya karena tidak ada game itu di handphonenya. Lain waktu chat senada dengan temannya untuk mabar game apalah apalah.

Lo, curiga saya?!

Setelah saya cecar banyak pertanyaan bolak-balik layaknya jaksa di pengadilan. Akhirnya Keen mengaku malu jika teman di sekolah bercerita tentang game terbaru yang baru mereka unduh. Jadilah dia hobi melihat youtube permainan game tersebut. Ternyata alasan itulah tiap kali saya tengok history youtube nya sebagian besar adalah tutorial game. Biar nyambung kalau diajak ngobrol teman, katanya.
Baiklah, maka ceramah saya tentang akibat berbohong berlembar-lembar jika dibukukan. Intinya kebohongan kuadrat. Setiap orang yang berbohong untuk satu hal, akan terus melakukan kebohongan terus menerus untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
Tidak boleh pegang handphone selama satu bulan!

Keen terima, dan tebak apa yang dia lakukan sepulang sekolah alih-alih biasanya langsung main game?
Tidur, setelahnya main bola atau badminton. He's fine, like there's no happened. Dua minggu berlalu dan sesekali dia merajuk minta main game sebentar.

 No!
Sampai kemudian dia bilang, kalau Al Mursalat lulus apa boleh?

Oke! Sepakat!

Well, ada kemauan ada jalan. Begitulah. Dalam waktu 8 hari dia selesaikan janjinya. Maka saya tunaikan juga janji saya. 

Family link saya buka hanya untuk game stumble 1 jam, youtube 15 menit dan whatsApp 30 menit.

Di usianya yang baru 10 tahun dan mampu menghafal 2 juz Al Quran, itu sudah anugerah buat saya. Apakah dibenarkan memberikan hadiah main game karena mau menghafal ayat-ayat Allah? Sependek pengetahuan saya, rumah yang didalamnya banyak dilantunkan ayat-ayah suci Al Quran insyaAllah mendapat banyak kebaikan. Tentu tidak berhenti sampai menghafal, ada banyak PR untuk menyiapkan generasi qurani di era digital ini.


Comments

popular post

Merencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini, Perlukah ?

Jadi Bapak Rumah Tangga, Kenapa Tidak ?

Serba-serbi Kurikulum 2013 (K13)

Kapan Waktu Terbaik Mengajarkan Anak Naik Sepeda?